Himpunan Mahasiswa Agribisnis Pertanian

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Gelanggang Mahasiswa Agribisnis Pertanian

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

PPK ORMAWA HIMAGRI 2022

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 01 September 2025

CLIMATE-SMART AGRICULTURE : JALAN INOVATIF MENUJU KETAHANAN PANGAN BERKELANJUTAN

Climate-Smart Agriculture (CSA) adalah pendekatan pertanian berkelanjutan yang bertujuan menghadapi dampak perubahan iklim melalui tiga pilar utama, yaitu peningkatan produktivitas, penguatan adaptasi dan ketahanan petani, serta pengurangan emisi gas rumah kaca. Konsep ini tidak hanya mengandalkan teknologi modern, tetapi juga memadukan praktik pertanian tradisional yang ramah lingkungan dengan inovasi berbasis ilmu pengetahuan. CSA menekankan efisiensi dalam penggunaan air, tanah, dan pupuk, serta mendorong konservasi ekosistem melalui diversifikasi tanaman dan agroforestry (Okolie et al., 2023). Dengan populasi dunia yang diperkirakan mencapai hampir 10 miliar pada tahun 2050, CSA menjadi strategi penting untuk menjaga ketersediaan pangan sekaligus menekan dampak negatif aktivitas pertanian terhadap lingkungan (Mizik, 2021).

Penerapan CSA bervariasi sesuai konteks wilayah. Di Afrika, pemanfaatan varietas jagung tahan kekeringan, rotasi tanaman, dan sistem agroforestry terbukti mampu meningkatkan hasil panen secara signifikan bahkan hingga 200% di beberapa daerah (Okolie et al., 2023). Pada wilayah pertanian kecil di negara berkembang, CSA lebih banyak diwujudkan melalui praktik sederhana seperti penggunaan pupuk organik, konservasi air, diversifikasi tanaman, dan teknologi iklim berbasis informasi yang dapat langsung meningkatkan ketahanan rumah tangga petani (Mizik, 2021). Di sisi lain, penelitian terbaru menekankan bahwa keberhasilan CSA sangat dipengaruhi oleh penyesuaian lokal, baik terkait kondisi agroekologi, tingkat pengetahuan petani, maupun dukungan kebijakan yang menyediakan akses terhadap modal, teknologi, dan pasar (Mehraj et al., 2024).

CSA memiliki sejumlah kelebihan, yaitu menghasilkan “triple win” berupa produktivitas yang meningkat, resiliensi petani yang lebih kuat, dan penurunan emisi gas rumah kaca (Mizik, 2021). Selain itu, CSA mendukung konservasi sumber daya alam, mengurangi erosi, serta membuka peluang diversifikasi pendapatan bagi petani (Okolie et al., 2023). Meski demikian, penerapannya menghadapi tantangan berupa kebutuhan investasi awal yang tinggi, keterbatasan akses petani kecil terhadap teknologi, serta kebutuhan tenaga kerja tambahan untuk praktik tertentu (Mehraj et al., 2024). Hal ini menegaskan bahwa keberhasilan CSA memerlukan dukungan finansial, transfer pengetahuan, dan kolaborasi multi-pihak agar dapat dijalankan secara berkelanjutan dan memberi dampak nyata bagi ketahanan pangan di tengah krisis iklim global.





REFERENSI

Mehraj, J., Ahmed, L., Qayoom, K., Rasool, F., Bhat, R. A., Fayaz, U., Abdullah, U. R., Dar, S. Y., & Mir, A. H. (2024). Climate Smart Agriculture: A Roadmap to Sustainable Food Security. International Journal of Environment and Climate Change, 14(7), 234–253. https://doi.org/10.9734/ijecc/2024/v14i74266

Mizik, T. (2021). Climate-smart agriculture on small-scale farms: A systematic literature review. Agronomy, 11(6). https://doi.org/10.3390/agronomy11061096

Okolie, C. C., Danso-Abbeam, G., Groupson-Paul, O., & Ogundeji, A. A. (2023). Climate-Smart Agriculture Amidst Climate Change to Enhance Agricultural Production: A Bibliometric Analysis. Land, 12(1). https://doi.org/10.3390/land12010050


Senin, 25 Agustus 2025

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA NOMOR 21 TAHUN 2025 TENTANG KODE ETIK DOSEN

Kamis, 31 Juli 2025

ONE GARDEN, MANY HARVESTS

Satu Kebun, Banyak Panen untuk Pangan Mandiri dan Gizi Seimbang”

“One Garden, Many Harvests” atau “Satu Kebun, Banyak Panen” merupakan konsep pemanfaatan pekarangan rumah untuk menanam berbagai jenis tanaman, seperti sayuran, buah, rempah, hingga ternak dan ikan dalam satu lokasi. Tujuan utama dari pendekatan ini adalah menciptakan kemandirian pangan dan meningkatkan asupan gizi keluarga. Konsep ini sejalan dengan program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang diinisiasi oleh Kementerian Pertanian. Melalui KRPL, masyarakat diajak untuk memaksimalkan ruang terbatas di sekitar rumah agar menjadi sumber pangan yang berkelanjutan, efisien, dan ramah lingkungan, terutama di tengah tantangan ketergantungan pasar dan keterbatasan akses pangan bergizi (Sofwani et al., 2024)

Penerapan konsep ini telah berlangsung di berbagai daerah di Indonesia. Di Kelurahan Turen, Kabupaten Malang, misalnya, masyarakat memanfaatkan pekarangan untuk menanam jeruk purut sebagai bagian dari program pengembangan KRPL. Tanaman tersebut dipilih karena adaptif, bermanfaat secara ekonomi, dan mendukung ketahanan pangan keluarga (Sofwani et al., 2024). Di Kota Kediri, selama masa pandemi COVID-19, warga memanfaatkan lahan pekarangan untuk menanam berbagai sayuran seperti sawi, cabai, tomat, dan jahe. Sebagian besar hasil panen dimanfaatkan untuk konsumsi sendiri, dan hampir 40 persen masyarakat menyatakan bahwa hasil tersebut mencukupi kebutuhan pangan rumah tangga (Anindya et al., 2021). 

Manfaat konsep “Satu Kebun, Banyak Panen” mampu mengurangi pengeluaran belanja dapur, meningkatkan konsumsi pangan sehat, menciptakan lingkungan hijau, dan menumbuhkan kemandirian keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari (Sugiarto et al., 2021). Selain manfaat ekonomis dan ekologis, kegiatan ini juga mempererat kerja sama di tingkat komunitas jika dilakukan secara kelompok. Namun, tantangan tetap ada, seperti kurangnya pengetahuan teknis masyarakat, minimnya pendampingan berkelanjutan, dan keterbatasan waktu di kalangan keluarga urban. Meski demikian, potensi dari pekarangan yang ditata dan dimanfaatkan secara terencana tetap menjadi peluang besar bagi keberlanjutan pangan lokal di masa depan.








REFERENSI

Anindya, D. A. E., Putri, D. N., & Priambodo, N. D. (2021). Efektivitas Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (Krpl) Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Rumah Tangga Selama Pandemi Di Kota Kediri. AGRISAINTIFIKA: Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, 5(1), 8. https://doi.org/10.32585/ags.v5i1.1278

Sofwani, A., Suprayitno, D., Widyastuti, D., & Hariyani, N. (2024). Pemanfaatan Pekarangan Rumah Untuk Tanaman Jeruk Purut Model KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) Di Kel. Turen Kec. Turen Kab. Malang Jawa Timur. Jurnal Green House, 3(1), 10–16. https://doi.org/10.63296/jgh.v3i1.39

Sugiarto, S., Wardana, M. F., Ningsih, D. R., Zain, M., & Aini, J. N. (2021). Lahan Pekarangan Sebagai Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL):Upaya Peningkatan Nilai Fungsi Lahan Dengan Sistem Vertikultur. Jurnal Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (JP2M), 2(3), 221. https://doi.org/10.33474/jp2m.v2i3.13248

Minggu, 29 Juni 2025

CIRCULAR AGRICULTURE: THE FUTURE OF ZERO-WASTE FARMING

Circular agriculture atau pertanian sirkular adalah konsep pertanian masa depan yang menekankan efisiensi penggunaan sumber daya alam dan daur ulang limbah agar tidak mencemari lingkungan. Berbeda dengan pertanian konvensional yang bersifat linear dan menghasilkan banyak limbah, circular agriculture mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia dan mendukung keberlanjutan ekosistem. Prinsip utamanya adalah memanfaatkan limbah organik, seperti kotoran ternak atau residu tanaman, sebagai input baru dalam produksi pertanian untuk menciptakan sistem yang minim limbah dan lebih ramah lingkungan (Chung et al., 2024).
Meskipun memiliki manfaat besar, implementasi circular agriculture menghadapi sejumlah tantangan. Tantangan tersebut mencakup tingginya investasi awal untuk teknologi pengolahan limbah, lemahnya akses pembiayaan petani, serta minimnya edukasi terkait praktik pertanian sirkular di tingkat petani kecil (Chung et al., 2024). Selain itu, transisi menuju pertanian sirkular juga memerlukan perubahan perilaku konsumen dan produsen, serta peningkatan kapasitas kelembagaan (Kotyal, 2024).
Contoh nyata keberhasilan circular agriculture dapat ditemukan di Tiongkok, khususnya dalam program integrasi limbah pertanian dan peternakan menjadi energi biomassa dan pupuk organik. Program ini berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca dari sektor pertanian sekaligus memperbaiki kualitas tanah dan air. Pemerintah Tiongkok juga mendorong pemanfaatan jerami padi dan limbah peternakan untuk biomassa, sehingga mendukung tujuan netralitas karbon 2060 sambil membuka peluang ekonomi baru di pedesaan (Kimura et al., 2020). Contoh lainnya adalah di DrĂ¢a-Tafilalet, Maroko, di mana petani oasis mengelola residu pohon kurma dan pupuk kandang untuk memperbaiki kesuburan tanah dan menjaga keberlanjutan pertanian di wilayah kering yang rentan degradasi (El Janati et al., 2021).
Keberhasilan circular agriculture memerlukan dukungan banyak pihak. Strategi yang diperlukan mencakup penyediaan insentif finansial, pengembangan teknologi ramah lingkungan, riset untuk efisiensi sumber daya, dan kampanye edukasi untuk petani dan konsumen. Selain itu, penting membangun kemitraan publik-swasta agar penerapan circular agriculture dapat diperluas secara efektif. Pengalaman Tiongkok dan Maroko membuktikan bahwa circular agriculture bukan hanya memperkuat ketahanan pangan, tetapi juga mampu menjadi motor pembangunan ekonomi pedesaan yang ramah lingkungan 







REFERENSI
Chung, D. K., Duy, L. Van, Thi, L., & Loan, T. (2024). Circular Agriculture : A General Review of Theories, Practices, and Policy Recommendations. Vietnam Journal of Agricultural Sciences, 7(2), 2173–2184.
El Janati, M., Akkal-Corfini, N., Bouaziz, A., Oukarroum, A., Robin, P., Sabri, A., Chikhaoui, M., & Thomas, Z. (2021). Benefits of circular agriculture for cropping systems and soil fertility in oases. Sustainability (Switzerland), 13(9), 1–17. https://doi.org/10.3390/su13094713
Kimura, S., Gong, B., & Chen, K. (2020). Circular Agriculture for Sustainable and Low-Carbon Development in the People’s Republic of China Shingo. Adb Briefs, 4(100), 1–7.
Kotyal, K. (2024). Circular Agriculture : Sustainable Farming Practices for Zero Waste Circular Agriculture : Sustainable Farming Practices for Zero Waste. Environmental Reports, 8(December), 12. https://doi.org/10.51470/ER.2023.5.1.08


Sabtu, 31 Mei 2025

DOKUMENTASI PELANTIKAN PENGURUS HIMAGRI PERIODE 2025

DOMESTIC, ONE DAY NO RICE

Domestic, One Day No Rice”

Satu Hari Tanpa Nasi, Banyak Manfaat untuk Negeri


Gerakan One Day No Rice adalah ajakan untuk tidak makan nasi selama satu hari dalam seminggu dan menggantinya dengan bahan pangan lokal seperti jagung, singkong, ubi atau bahkan olahan dari koro lokal. Gerakan ini bukan hal baru karena sudah diterapkan di beberapa kota di Indonesia sejak tahun 2012 dan mendapat dukungan dari pemerintah pusat. Tujuannya adalah untuk mendorong masyarakat agar tidak terlalu bergantung pada nasi dan mulai terbiasa mengkonsumsi alternatif lain yang juga mengenyangkan dan lebih beragam secara nutrisi. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat bersedia ikut serta karena merasa mendukung program lokal, ingin hidup lebih sehat dan menyadari pentingnya ketahanan pangan di masa depan (Arsil et al., 2019).


Mengurangi konsumsi nasi bukan berarti menghilangkan nasi sepenuhnya, tapi memberikan ruang bagi sumber karbohidrat lain yang lebih ramah lingkungan dan tidak kalah bergizi. Padi sebagai bahan dasar nasi membutuhkan air yang sangat banyak dan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang tinggi. Bahkan dalam satu tahun, emisi dari pertanian padi bisa jauh lebih tinggi dibandingkan pertanian gandum atau jagung. Di sisi lain, inovasi seperti padi abadi atau perennial rice mulai dikembangkan di beberapa negara untuk mengurangi kebutuhan penanaman ulang dan menekan biaya produksi serta kerusakan tanah akibat pembajakan terus menerus (Shanmugam et al., 2025).


Contoh sukses datang dari daerah Sumenep di Pulau Madura, di mana Universitas Muhammadiyah Malang bekerja sama dengan pelaku usaha lokal untuk mengolah kacang koro menjadi makanan fungsional seperti mie dan kue kering yang rendah gluten, tinggi protein, dan punya indeks glikemik yang rendah. Produk ini tidak hanya mendukung pola makan sehat tapi juga membuka peluang ekonomi baru di daerah tersebut. Selain sehat dan bergizi, bahan seperti kacang koro bisa menjadi pengganti nasi yang lebih mudah dibudidayakan dan tersedia sepanjang tahun tanpa tergantung musim panen seperti padi (Purwanti et al., 2024).


Melalui gerakan ini, masyarakat tidak hanya diajak untuk mengubah pola makan, tetapi juga mendukung petani lokal, menjaga keberlanjutan lingkungan dan memperkuat ketahanan pangan nasional. Satu hari tanpa nasi bisa jadi langkah kecil tapi berdampak besar bila dilakukan bersama-sama. Kita bisa mulai dari rumah sendiri, mencoba menu tanpa nasi lalu berbagi cerita di media sosial agar semakin banyak orang terinspirasi. Ayo dukung gerakan “Domestic, One Day No Rice” sebagai wujud cinta kita pada pangan lokal Indonesia yang lebih sehat dan berdaya saing.


REFERENSI

Shanmugam, V., Tyagi, V. C., Rajendran, G., Chimmili, S. R., Swarnaraj, A. K., Arulanandam, M., Kumar, V., Peramaiyan, P., Murugaiyan, V., & Sundaram, R. M. (2025). Perennial rice – An alternative to the ‘one-sow, one-harvest’ rice production: Benefits, challenges, and future prospects. Farming System, 3(2), 100137. https://doi.org/10.1016/j.farsys.2025.100137

Arsil, P., Sularso, K. E., & Mulyani, A. (2019). Consumers’ Motivation to Participate in the “one Day No Rice” Policy. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 255(1). https://doi.org/10.1088/1755-1315/255/1/012002

Purwanti, E., Warkoyo, W., Hidayati, A., Nuryady, M. M., Permana, T. I., & Lestari, N. P. (2024). Hilirisasi Prototype Diversifikasi Pangan Fungsional Berbasis Koro Lokal dalam Upaya Pengembangan Produk Pangan Sehat Dan Ekonomi Hijau di Sumenep. Lumbung Inovasi: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 9(4), 1103–1119. https://doi.org/10.36312/linov.v9i4.2305


Sabtu, 12 April 2025

ROBOT PERTANIAN BERTENAGA SURYA KELAHIRAN AUSTRALIA

RIPPA, robot roda empat ramah lingkungan yang dibuat untuk membantu masyarakat di bidang pertanian, ditemukan oleh spesialis robotika dari Fakultas Teknik dan Teknologi Informasi Australia. Sensor internal di dalam RIPPA dapat mengukur kelembapan tanah serta suhu tanah. RIPPA didukung oleh energi matahari yang dikumpulkan oleh panel surya di bagian atas mesin. Selama ada tenaga surya, RIPPA dapat berjalan 24/7. Kamera berkecepatan tinggi dan penginderaan jarak jauh memungkinkan pembasmian gulma secara otomatis serta penyebaran pestisida

Pertanian presisi di Jepang juga didukung oleh kebijakan pemerintah yang sangat mendukung pertanian, yang bertujuan agar petani memiliki lahan yang lebih luas untuk meningkatkan produksi. Selain itu, Indonesia dapat mempelajari dari Jepang dalam penggunaan sistem kerja yang baik dan kebijakan pemerintah yang mendukung pertanian. Jepang telah mengembangkan sistem pertanian urban yang sangat efektif dalam memasok produk- produk pertanian yang segar, sehat, dan cepat. Indonesia dapat mengikuti contoh ini dengan mengembangkan sistem pertanian urban yang lebih baik dan meningkatkan efisiensi dalam produksi pertanian.

DAFTAR PUSTAKA
University of Sydney. (2018). Solar-powered Agerris robot 
       prowling Australian farms.University of Sydney News. 
https://www.sydney.edu.au/news-opinion/news/2018/12/06/solar- powered-agerris-robot-prowling-australian-farms.html
Nature Publishing Group. (2018). Solar-powered Agerris robot prowling Australian farms. Scientific Reports, 8(1), https://www.nature.com/articles/s41598-018-35250-7 Article 17942.