FORECAST
“Fabulous Creativity and Digital Aspirations of Agribusiness
Students"
Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarokatuh
Salam sejahtera bagi
kita semua, Shalom, Om swastiastu, Namo buddhaya, Salam kebajikan
Halo seluruh
keluarga mahasiswa Agribisnis Trunojoyo . . .
Kali ini mading
himagri balik lagi dengan nuansa baru lohh,
di bulan Juli 2022
ini, e-mading FORECAST hadir dengan mengusung tema :
“ National Children's Day: "Small Move, Big Change ”
Yuk, baca lebih
lanjut. Selamat menikmati!
Anak-Anak Adalah Garda Depan Perubahan Indonesia
Penulis: Siti Mufarohatin Nisa
Anak-anak jaman sekarang dikenal dengan generasi yang
suka dengan segala sesuatu yang instan, efektif dan cepat. Sifat dasar
yang dimiliki oleh genarsi inilah yang membawa perubahan yang signifikan
terhadap kebiasaan dalam masyarakat pada saat ini.
Sebagai generasi penerus bangsa yang akan menjadi
akar bangsa Indonesia di masa mendatang harus dapat mewujudkan cita-cita.
Anak-anak sejak dini harus mulai ditanam kekuatan moralnya dalam berjuang
karena pada intinya apa yang dibuat adalah semata–mata berlandaskan pada
gerakan moral yang menjadi idealismenya dalam berjuang.
Anak-anak merupakan bakal suatu potensi bagi negara
sebagai armada dalam kemajuan bangsa. Perannya sangat penting dalam mengisi
pembangunan dan mempertahankan kemerdekaan bangsa. Seperti contoh disaat era
globalisasi seperti sekarang peran mahasiswa sangat berpengaruh terhadap bangsa.
Baik dalam lingkup ilmu pengetahuan, etika, para mahasiswa yang akan merubah
status suatu bangsa, karena mahasiswa merupakan sosok insan akademis yang
sedang menjalankan aktifitas pendidikan yang terbilang tingkatannya yang paling
tinggi.
Jika moral anak-anak sejak dini buruk maka nama
bangsa juga akan ikut tercemar, jika cara berfikir anak ajamn sekarang kearah
yang positif maka Indonesia akan lebih mudah untuk menemukan penemuan-penemuan
baru yang akan mencuitkan nama Indonesia dibelahan dunia.
Gadis Favorit
Karangan: Yolanda Wulandari
Matahari bersinar cerah
pagi ini, langit biru menyambut semua orang yang baru memulai aktivitas. Ada
banyak pejalan kaki di jalan ini, aku bahkan hamper terjepit di antara
kerumunan orang. Semuanya dengan kesibukannya masing-masing, contohnya pemuda
yang menenteng tas gendong di pinggir jalan itu. Sambil memakan roti coklatnya
di satu tangan, pemuda itu sibuk memperhatikan layar handphonenya dengan alis
berkerut. Sepertinya terlalu banyak yang tertulis di layar kotak itu, entah apa
yang dia pikirkan saat melihatnya.
Beralih sedikit ke
seberangnya, ada beberapa siswi berseragam rapi. Dalam sekali lihat pun semua
orang juga tahu bahwa mereka akan pergi ke sekolah. Aku memperhatikan
orang-orang ini setiap pagi, berdiri di pinggir jalan, menunggu angkutan untuk
membawa mereka ke tempat tujuan masing-masing. Setiap hari begitu sibuk, tidak
tahu kapan jalan ramai ini akan menjadi sepi. Tapi terlalu banyak pejalan kaki
juga mengangguku, seringkali aku hampir terinjak-injak dan menjengkelkan ketika
kaki panjang itu terkadang tidak sengaja menendangku. Yah, mau bagaimana lagi.
Hidup di dunia ini, aku yang hanya seekor kucing jalanan tidak bisa terlalu
memaksakan keadaan.
Benar, aku cuma seekor
kucing dengan bercak coklat dan putih. Kalian bisa memanggilku Jun. Itu nama
yang diberikan pemilikku sebelumnya, tapi dia sudah pindah dari kota ini. Karena beberapa
alasan, dia terpaksa tidak bisa membawaku bersamanya. Jadi disinilah aku,
berkelana dari satu tempat ke tempat lain untuk bertahan hidup dengan mengais
sisa makanan. Tapi ini bukan cerita tentang aku, melainkan tentang seorang
gadis kecil favoritku.
Menghindari langkah
kaki dari kerumunan manusia, aku dengan lincah langsung mencari celah kosong
yang bisa kulewati untuk sampai ke pinggir kerumunan dan melompat ke atas pembatas tanaman. Sesekali harus
berhadapan dengan rintangan seperti orang yang sedang duduk atau benda-benda
raksasa yang menghalangi jalanku. Pada akhirnya, aku sampai di taman kota yang
sudah ramai di beberapa titik. Kebanyakan orang berolah-raga pagi disini,
sebagian lainnya paling juga hanya mengunjungi dengan iseng. Entahlah, mereka
semua yang ada di taman ini mayoritas pengunjung tetap, aku bahkan bisa
mengenali mereka karena sering berpapasan. Orang-orang ini juga sudah sering melihatku,
beberapa akan mendekatiku untuk sekedar berbagi makanan, yang lainnya juga
tidak memedulikan kehadiranku. Meskipun ada juga orang-orang jahat yang
mengusirku, menendangku, atau bahkan menyiram air ke arahku. Bohong kalau aku
tidak kesal, tapi apa boleh buat? Melawan mereka melelahkan, aku tidak mau
membuang tenaga untuk meladeni sikap jail manusia yang kadang diluar nalar.
Mereka saja tidak tahu aku bisa berpikir, sebenarnya toh manusia itu juga tidak
jauh beda dengan kami.
Berjalan dengan
menggoyangkan ekorku, aku sampai di tempat biasa aku menunggu gadis favoritku.
Di bawah pohon Kersen yang rindang, beberapa temanku sudah lebih dulu menempati
sebuah tempat duduk yang memang kebetulan hanya tersedia satu disana. Aku
menghampiri mereka dan naik ke atas cabang pohon Kersen untuk beristirahat. Aku
menguap dan memangku kepalaku dengan tangan yang kusilangkan di dahan,
memejamkan mata sambil menikmati semilir angin sepoi-sepoi dari atas sini.
“Hati-hati, jika kamu jatuh, jatah makananku
akan bertambah hehe.”
Aku
membuka mataku sedikit, mendapati kucing oren gendut sedang menatapku dengan
mata bulatnya yang berbinar. Namanya Leon. Dari kami berempat, dia yang paling
muda, tapi badannya yang paling besar di antara kami. Kemungkinan dia terlalu banyak
bicara dan memakan angin, udara itu mungkin tersimpan di perutnya dan
menciptakan ruang kosong untuk berbagai macam makanan yang tiada habisnya.
Aku
hanya menjawab seadanya dan melihat dua lainnya dengan mengantuk. Yang satu
berwarna kuning pucat, namanya Yellow. Jangan bertanya padaku darimana asal
namanya, kalian bodoh kalau masih tidak menyadarinya. Dan yang terakhir adalah
Nana, corak bulunya sedikit unik dengan tiga warna campuran, kuning, abu-abu,
dan putih. Tapi, bulunya terlalu tipis, itu membuatnya kelihatan lesu
padahal sebenarnya tidak. Keduanya tidak
sering bersuara, paling jauh hanya menempel dengan gadis favoritku saat dia
sedang duduk dengan tenang di bangku taman ini. Kami berempat menyukai gadis
ini.
Tidak
lama, aku mendengar suara derap langkah yang menuju tempat kami berempat
singgah. Dengan semangat aku melompat dari dahan yang sebelumnya ku tempati dan
langsung mendarat sempurna di hadapan gadis favoritku yang baru saja sampai
disini. Dengan mengatur napasnya yang agak cepat, dia duduk di bangku taman.
Menyandarkan punggungnya di sandaran bangku dan bernapas perlahan. Di
pangkuannya, ada sebuah totebag bergambar kucing yang aku tahu berisi makanan
untuk kami.
Selesai
mengatur napasnya, gadis- ah, merepotkan menyebutnya seperti ini. Namanya
Alana, masih berusia 10 tahun dan gadis yang imut dengan rambut hitam panjangnya. Alana
selalu menyempatkan waktunya untuk kami setiap
pagi sebelum dia berangkat ke sekolah yang jaraknya tidak jauh dari sini.
Dia rela bangun lebih awal untuk bisa menghabiskan waktu sedikit lebih lama
dengan kami saat pagi hari. Biar kuceritakan sedikit kenapa aku menyukai gadis
kecil ini.
Aku
bertemu dengan Alana tahun lalu di taman ini. Dahulu dia cuma gadis kecil yang
sama sekali tidak ada urusannya denganku. Aku hanya sering melihatnya, duduk
sendirian di bawah pohon Kersen yang rindang sambil membaca buku atau sekedar
memperhatikan orang berlalu-lalang. Tidak mengerti tujuannya berdiam disana dan
meniru patung yang terlalu hidup. Tapi pada hari itu, gerombolan anak laki-laki
datang ke taman dan membuat kegaduhan. Mereka menangkap Nana yang saat itu
sedang berbaring di dekat pancuran air dan menceburkannya ke kolam. Tidak
masalah jika hanya dilemparkan, tapi anak-anak bodoh ini menahan kepala Nana
sehingga hanya menyisakan kepalanya yang tenggelam kedalam kolam. Semua orang
melihat kejahatan ini, tapi tidak ada yang peduli. Aku dan yang lainnya marah
tapi kami juga tidak berdaya.
Pada
saat itu kami benar-benar putus asa, mendekati gerombolan anak nakal itu
berarti mengantarkan diri pada kesialan. Kami membenci tipe manusia seperti ini
dan berdoa dengan cemas, semoga ada orang baik yang sukarela menyelamatkan
teman kami yang malang.
Doa
kami terkabul. Alana datang. Dengan tubuh kecilnya, dia meneriaki gerombolan
anak nakal itu dengan marah. Awalnya kedatangannya dianggap angin lalu oleh
mereka namun begitu berbalik dan menyadari bahwa ternyata Alana membawa serta
satpam patroli bersamanya, gerombolan itu langsung bubar melarikan diri. Tidak
hanya sampai disitu, mereka masih sempat melemparkan Nana ke dalam kolam dengan acuh,
seperti dia sebuah sampah yang tidak diinginkan lagi. Kami juga tidak tahu
harus menangis atau tertawa melihat teman kami begitu pasrah dengan nasibnya
yang begitu malang.
Alana
hampir ingin melepas sepatunya dan melemparnya ke arah anak-anak nakal itu tapi
dia lebih memilih masuk ke dalam kolam yang kedalamannya hampir mencapai dadanya untuk
menangkap Nana dan membawanya keluar dari tempat sial itu. Begitu keluar, dia
langsung berlari menuju tempatnya biasa duduk menikmati taman. Tidak lupa
sebelumnya mengucapkan terima kasih kepada satpam patroli karena membantunya
menggertak anak-anak itu.
Setelah
kejadian itu, kami memperhatikan Alana lebih dekat. Sepertinya dia gadis yang
peka, setiap hari setelahnya dia akan membawakan makanan untuk kami. Awalnya
dia mengerti bahwa kami tidak akan secara langsung mendekatinya, mengingat
kejadian sebelumnya yang menimpa Nana. Jadi Alana hanya meletakkan kertas
ataupun lembaran bersih di tanah dan mengisinya dengan makanan lalu pergi. Kami
memakannya dengan senang hati begitu dia pergi, tapi berpikir bahwa itu tidak
sopan untuk mengambil makanan orang lain tanpa menghargai si pemberi, akhirnya
kami tidak lagi menghindarinya. Saat Alana datang, kami juga akan ada disana
untuk bermain sebentar dan menikmati kudapan yang dia bawa. Begitulah dia
menjadi gadis favorit kami.
Sampai
kini, setahun telah berlalu. Kejadian hari itu, yang tentu saja dilihat banyak
orang ternyata membawa dampak yang tidak buruk juga. Karena sebenarnya banyak
yang ingin menolong kucing malang yang tercebur hari itu, tapi mereka takut
dengan pandangan orang lain terhadapnya dan memilih untuk bersembunyi dibalik
bayangan. Ketika Alana yang hanya bocah berusia 9 tahun saat itu maju untuk
menyelamatkan kehidupan kecil yang bahkan tidak akan mempengaruhi dunia,
mayoritas orang sadar bahwa yang mereka abaikan itu juga mahluk hidup. Kenapa
kami, para kucing, tidak bisa hidup dengan manusia?
Itulah
yang dikatakan ‘pergerakan kecil membuat perubahan besar’. Orang-orang tidak
lagi terlalu tak acuh terhadap kami. Walaupun mereka mungkin hanya merasa malu
dengan anak kecil, paling tidak kami tidak dianggap remeh lagi. Sudah banyak
mangkuk khusus makanan kucing di beberapa titik taman yang selalu diisi setiap
hari entah oleh orang baik mana itu. Akhirnya kucing jalanan seperti kami bisa
menikmati hari-hari tanpa perlu bertengkar untuk sebuah tulang ikan tongkol
yang bahkan tidak bisa mengisi celah di antara gigi kami. Itu menyenangkan
untuk berinteraksi dengan manusia seperti ini. Tidak ada yang terluka, semuanya
baik-baik saja dengan bahagia.
Karya: Destha Maharensy
Angkatan: Agribisnis-20
Karya: Elvina Damayanty Pohan
Angkatan: Agribisnis-21
Karya: Andhika
Angkatan: Agribisnis -18
Karya: Destha Maharensy
Angkatan: Agribisnis-20
Karya: Ach. Riyanto AbdillahAngkatan: Agribisnis-21
Angkatan: Agribisnis-21
Sebentar, sebelum lanjut baca admin mau
tanya nih, jawab dalam hati ya, atau bisa dikolom komentar, menurut kalian ada
yang kurang ngga dari postingan diatas? Atau apa sudah dapat insight
baru belum?...
Semoga dari postingan admin diatas dapat
menginspirasi ya !
Ayoo, lanjut scroll terus ke bawah, bakal
ada yang lucu – lucu looh...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Humor
Lucu Anak Tidak Gosok Gigi
Karangan: Rania Ramadhani Z
Angkatan: Agribisnis-20
Rino
merupakan anak kelas satu Sekolah Dasar, selain mendapat peringkat pertama di
kelasnya dan juga menjadi seorang ketua kelas, Rino juga cukup tampan dan
seringkali dilirik oleh teman-teman cewenya. Dibalik ketampanan yang dia
miliki, Rino memiliki kebiasaan buruk yang hanya diketahui oleh teman-teman
sekelasnya saja. Kebiasaan tersebut adalah Rino jarang menggosok gigi di pagi
hari.
Suatu hari saat ibu guru wali kelas
Rino tengah mengajar di kelasnya, Ibu guru ini membahas tentang pelajaran
pentingnya menjaga kesehatan diri.
Ibu Guru
: (berhenti mengajar sejenak, dan tiba-tiba melihat kea rah Rino) “Rino, tadi
ketika berangkat sekolah tidak gosok gigi ya?”
Alangkah
kagetnya si Rino. Dia berpikir siapa dari teman-temannya yang mengadu pada bu
guru wali kelasnya itu tentang kebiasaannya. Padahal ibu guru wali kelasnya itu
hanya sekedar menebak.
Rino :
“Kok ibu guru bisa tahu?” Rino menjawab dengan perasaan malu
Ibu guru
: (Tersenyum dan sedikit kaget) “Iya Ibu tahu, coba lihat, itu ada sisa sayur
warna hijau nyangkut di gigimu.”
Rino :
(berteiak dengan riang dan kaget) “Kalau begitu, ibu salah. Tadi pagi saya
sarapan nasi goreng pakai telur dadar dan tanpa sayur. Terakhir saya makan
sayur itu seminggu yang lalu.”
Ibu guru
dan teman sekelasnya (Tertawa)
Meskipun
ibu guru hanya sekedar menebak, tetapi kebiasaan Rino jarang menggosok gigu di
pagi hari sudah terbongkar.
(Editor Website: INFOKOM 2022)