FORECAST
“Fabulous Creativity and Digital Aspirations of Agribusiness Students"
Salam sejahtera bagi kita semua, Shalom, Om swastiastu, Namo buddhaya, Salam kebajikan
Halo seluruh keluarga mahasiswa Agribisnis Trunojoyo ...
Pada bulan Mei 2023 ini, e-mading FORECAST hadir dengan mengusung tema :
“National Book Day: One Book, One Change”
Yuk, baca lebih lanjut. Selamat menikmati!
Sudahkah
Anda Membaca Buku Hari Ini?
Oleh: Dwi Febbriyanti '21
Buku memiliki peran penting dalam kehidupan
manusia. Buku memberikan kita pelajaran hidup mengenai kesulitan, ketakutan,
cinta, serta setiap hal kecil yang menjadi bagian dari kehidupan. Buku telah
ada selama berabad-abad dan menceritakan pengetahuan tentang masa lalu,
peradaban, dan budaya kita. Peran buku dalam kehidupan tidak boleh diremehkan,
karena buku tidak hanya membantu memperluas wawasan tetapi juga sebagai pintu
penguhubung dengan dunia sekitar.
Kebiasaan membaca buku adalah kebiasaan yang baik,
namun sering kali disepelekan. ‘Buku adalah jendela
dunia’ merupakan suatu frasa yang sering kita dengar karena dengan membaca
buku, imajinasi menjadi terbuka, pikiran menjadi berkelana, dan hal tersebut
tentu saja memberikan hasil yang positif untuk meningkatkan
kreativitas.
Dalam hidup, tentunya kita sangat membutuhkan teman yang baik. Jika tidak? Tak terbayangkan, bukan, betapa sepinya? Dalam hal ini, buku bisa menjadi sahabat yang terus menginspirasi kita untuk menjadi versi terbaik diri. Buku akan memperkaya pikiran kita dengan pengetahuan dan kita pun akan belajar menghargai dan menjaga buku itu.
“Kriiinggg” bell istirahat sekolah
berbunyi.
“Chan, ayo kekantin.”
“Yok, Vin.” Jawab Chandra diiringin langkah Kevin keluar pintu kelas.
Setiap hari Kevin dan Chandra selalu bersama-sama dimanapun mereka berada. Banyak orang yang bilang “dimana ada kevin disitu pula Chandra berada” mereka layaknya dua orang yang tak pernah terpisahkan. Setiap istirahat mereka selalu pergi kekantin untuk membeli makan atau hanya sekedar mencari suasana baru atas kebosanan ruang kelas yang setiap pagi mereka kunjungi. Kavin dan Chandra tidak suka pelajaran di kelas terlebih pelajaran itu ada unsur perhitungan. Mereka benci. Kevin lebih memilih memainkan game online dari pada mendengarkan guru berbicara terus menerus yang memaksa murid tidak suka pelajaran untuk menyukai pelajaran, menurut Kevin game online dapat mengasah otak manusia lebih cerdas. Tidak dengan Chandra, olahraga menjadi proritas utama baginya, terkadang dia juga suka bermain game online bersama Kevin ketika kebosanan prioritas timbul.
Halaman belakang menjadi tempat tujuan mereka untuk bermain game online. Tempat yang sejuk. Lapang. Indah. Tetapi bukan itu saja alasan merekka memilih tempat tersebut. Warung Bu Ida, yang juga terdapat di halaman belakang tempat Kevin dan Chandra sering bermain game online. Wifi gratis menjadi alasan mereka memilih warung Bu Ida. Disana tidak terlalu banyak murid untuk datang membeli makanan. Sedikit agak jauh dari kelas yang membuat murid-murid tidak memilih warung Bu Ida sebagai tempat makan, kalau di pikir-pikir makanan Bu Ida makanan terenak di sekolah ini. Kedekatan Kevin dan Chandra bisa dibuktikan dengan obrolan mereka yang tidak pernah habis. Semua yang mereka lihat bisa menjadi topik pembicaraan.
“Chan, liat gedung itu!”
“Ya….” Jawab Chandra penasaran.
“ Gedung seram kenapa ditempatkan di
belakang sekolah. Sepi. Tidak ada yang mau kesana.”
“Banyak yang mengatakan gedung belakang
tempat terseram yang ada di sekolah kita, tidak ada murid yang berkunjung
disana kecuali ada urusan penting. Konon katanya siapapun yang masuk ke gedung
belakang, sifat dan perilakunya akan berbeda!”
“Semacam terkena cuci otak?”
“Bisa dibilang seperti itu.”
“Kalau memang benar, pasti ada orang yang
terlibat di dalamnya. Kenapa tidak dilaporkan saja ke kepala sekolah?” tanya
Kevin serius.
“Banyak yang sudah mencoba tetapi kepala sekolah tidak menghiraukannya, kepala sekolah menganggap mereka sedang membuat lelucon.”
Kevin semakin penasaran dengan gedung belakang sekolah. Dia ingin mencari tahu kenapa gedung belakang sekolah bisa mencuci otak para murid-murid yang masuk ke dalam gedung belakang sekolah. “Apakah ada orang yang sengaja mencuci otak murid-murid, kalau benar kenapa kepala sekolah membiarkannya? Apakah gedung belakang sekolah memiliki kekuatan sihir merubah karakter atau sifat seseorang sehingga menjadikannya berbeda?” tanya Kevin dalam hati. “Kalau benar apakah benar kita hidup di dunia sihir?”
“Kriiiinggg” waktu menunjukkan pukul 10.00 tanda waktu masuk tiba. Mereka bergegas kembali ke kelas untuk mendengarkan penjelasan guru di depan kelas berjam-jam tanpa henti. Langkah menuju kelas terasa berat bagi Kevin dan Chandra, mereka tahu setelah ini terdapat pelajaran matematika yang sangat meraka benci. Sesampainya dikelas, penjelasan ibu guru membuat Kevin dan Chandra bosan dalam kelas. Game online menjadi pilihan terbaik bagi mereka untuk menghindari kebosanan. Dengan sembunyi-sembunyi mereka memaikan game online. Didalam keseruan mereka memainkan game, Chanda tak sengaja berteriak atas kekalahannya dari Kevin. “Aahhh Sial” Ibu Guru dan semua murid yang ada di kelas menoleh ke Chandra.
“Chandra, lagi apa kamu? Sudah tidak
mendengarkan, rame sendiri. Keluar.”
“Iya Bu…” lirik Chanda ke Kevin.
Kevin hanya bisa diam, sembari melihat
Chandra yang keluar dari ruangan kelas. Kevin tidak bisa berbuat apa-apa selain
berdiam diri, dia baru pertama kali setakut ini melihat Ibu guru marah.
Ketakutan Kevin semakin menjadi ketika ancaman Ibu guru yang menjanjikan nilai
jelek kepada Chandra. Suasanya kelas menjadi berubah seketika. Kekesalan ibu
guru membuat satu kelas hanya mendapatkan tugas dari Ibu guru. Kevin diam tak
berbuat apa-apa hingga ibu guru keluar kelas dengan wajah kemarahan. Semua
murid hanya diam sembari mengerjakan tugas yang diberikan oleh Ibu guru.
Kevin merasa bosan di ruangan kelas terus menerus. Tugas perhitungan membuat Kevin makin benci berada di ruangan kelas. Dia membayangkan Chandra yang sekarang pasti berada di warung Bu Ida dan bermain game online. “Apa menyusul ke warung Ibu Ida dan bermain Game online saja dari pada disini, tetapi tugas ibu guru?” bimbang Kevin.
“Bye Gays”
“Mau kemana Vin?” Teriak Dani sebagai ketua kelas .
Kevin berlari menuju warung Ibu Ida tanpa
menghiraukan Dani. Langkah Kevin semakin terpacu. Tolehan kekiri dan kekanan
Kevin lakukan untuk menghindari Ibu Guru. Langkah Kevin terhenti didepan warung
Ibu Ida yang sepi tidak melihat satupun orang berada di sana.
“Bu Ida, lihat Chandra?”
“Oh Chandra, tadi dia menuju ke gedung
belakang tapi sampai sekarang tidak muncul lagi.”
“Jangan-jangan Chandra terkana sihir
sampai berani masuk ke gedung belakang” tanya Kevin dalam hati.
“Nak Kevin? Hallo nak Kevin?”
Langkah Kevin bergegas menuju gedung belakang menghiraukan Ibu Ida yang menyadarkan Kevin dari lamunan sejenak. “Chandra harus selamat, jangan sampai Chandra tercuci otaknya” Kevin bergegas menuju ke gudang belakang dan berharap Chandra baik-baik saja. Langkah kevin semakin pelan saat kevin menatap pintu gudang belakang. Kevin terdiam sejenak. Mengumpulkan niat dan keberaniannya untuk masuk ke dalam. “Kalau aku masuk dan terkena sihir cuci otak, siapa yang akan menolongku? Aku hanya butuh fokus tujuan, menyelamatkan Chandra dan semua akan baik-baik saja” Semakin dekat Kevin dengan pintu gudang belakang semakin yakin untuk mengurungkan niatnya masuk ke gudang belakang. Tiba-tiba pintu gudang belakang itu terbuka, terlihat seseorang yang keluar dari pintu.
“Chandra, syukurlah kamu tidak apa-apa!”
lega Kevin
“Kevin, hidup ini hanya sekali,
pergunakanlah dengan baik. Carilah ilmu setinggi mungkin, perbanyaklah
pengetahuan.”
“Chandra? Apa yang kamu bicarakan? Kena
cuci otak?”
“Tidak Kevin, jangan sia-siakan sem….”
Amarah Kevin membludak, dia tahu di dalam pasti ada yang tidak beres. Pembicaraan Chandra tidak seperti biasanya. Baru kali ini dia berbicara begitu. Langkah Kevin tak terkontrol menendang pintu gudang belakang dengan keras. “Daarr”. Suasana sangat sunyi, tidak ada suara terdapat di dalam sana.
“Waaaaaww …” Kagum kevin.
Buku tersusun rapi dan menutupi seluruh ruangan. “Apakah ini perpustakaan?” tanya hati Kevin. Ketenangan terasa saat kevin masuk ke dalam. Kevin tidak bisa berbicara apa-apa, hanya ekspresi kagum yang bisa dia lakukan. Langkah kakinya terasa bergerak sendiri tanpa dia minta, menyusuri lorong-lorong rak-rak buku yang tersusun rapi dari kiri. Kanan. Atas. Depan. Belakang. Tak disangkah keindahan ini tidak terlihat dari luar gedung. Langkah Kevin terhenti didepan buku yang berjudul “Waktu”. Kevin melihat kalimat dalam buku itu yang mengatakan “Jangan sia-siakan waktu untuk kesenanganmu tapi sia-siakanlah waktu untuk menuntut ilmu”. Dua jam kevin membaca. Kesegaran udara didapatkan ketika Kevin keluar dari gedung belakang, dia merasa memiliki harapan baru di dalam hidupnya. Kevin melangkah kembali ke ruang kelas Dan ketika bertemu Dani, kalimat pertama yang diucapkan Kevin.
“Jangan sia siakan waktu
untuk kesenanganmu tapi sia-siakanlah waktu untuk menuntut ilmu”
“Vin, kamu terkena sihir
gudang belakang?”
“HIDUP
DENGAN BUKU”
Agam, merupakan cowok kelas 11 SMA
yang sangat suka membaca. Setiap harinya, selalu ia habiskan untuk membaca.
Bahkan, saat di sekolahpun ia selalu membawa bukunya untuk dibaca saat jam
istirahat. Agam selalu di bilang aneh oleh temannya, karena kemanapun ia pergi
selalu membawa buku. Namun ia tak pernah menanggapi teman-temannya itu. Disuatu
pagi hari sata sedang jam istirahat, Agam duduk di bangku kelasnya.
“Haha
lihatlah anak itu, pasti membaca buku lagi.” Ledekan dari salah satu temannya.
“Haha
dasar si kutu buku. Emangnya ngapain sih baca buku terus, sok sibuk banget
kelihatannya” Sahut temannya. Mendengar perkataan dari temannya itu, Agam
terdiam dan tak membalasnya dengan sepatah kata.
Membaca memang hobi yang dimiliki
Agam. Menurutnya, sehari tanpa membaca buku akan melewatkan sejuta ilmu yang
ada dari dalam buku tersebut. Jika Agam bisa memilih, ia akan memilih untuk
hidup di antara tumpukkan buku. “Jika aku bisa memilih, saya lebih memilih
untuk hidup bersama benda mati yang bisa membuat saya hidup, dari pada bersama
orang hidup yang membuat saya mati.” Kata Agam.
Disuatu hari saat sedang jam
pelajaran berlangsung, guru memberikan pertanyaan kepada muridnya. Namun tak
ada satupun murid yang dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru tersebut.
Agam, ia mengangkat tangannya dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
gurunya itu. Dan jawaban ia benar. Guru itu sangat kagum dengan Agam, begitupun
teman-temannya.
“Agam,
dari mana kamu mendapatkan jawaban itu? Padahal saya belum menerangkannya.”
Tanya seorang guru kepada Agam.
“Saya tahu jawaban itu dari buku yang saya baca beberapa hari lalu Bu.” Jawab Agam yang sontak membuat teman-temannya terdiam.
0 komentar:
Posting Komentar