Jumat, 22 Desember 2023
Kamis, 21 Desember 2023
Merti Dusun
Indonesia memiliki beraneka ragam suku dan budaya. Setiap daerah memiliki karakteristik yang unik. Jawa menjadi salah satu suku yang banyak memiliki banyak budaya. Ragam budaya Jawa dikenal dengan nama kejawen. Gagasan kejawen diartikan sebagai suatu paham yang memuat tradisi secara turun menurun. Kejawen berasal dari bahasa daerah Jawa (dialek Jawa Tengah). Suku Jawa meliputi masyarakat DI.Yogyakarta dan Jawa Tengah. Kecamatan Samigaluh merupakan salah satu kecamatan di kabupaten Kulonprogo. Di kecamatan ini berdiri desa bernama Ngargosari yang memiliki sebelas dusun. Dusun Ngalian Gunung A, Ngalian Gunung B, dan Tulangan adalah tiga dusun yang ada di desa Ngargosari. Dua tahun sekali tiga Dusun ini memiliki acara bersama yang di selenggarakan secara bergilir, nama tradisi atau istiadat tersebut adalah Merti Dusun (Syah et al., 2019).
Merti Dusun merupakan sebuah prosesi upacara yang diadakan sebagai wujud rasa syukur atas tanah yang subur dan kaya, juga sebagai wujud terimakasih karena telah terhindar dari mara bahaya dan bencana alam. Selain itu juga memberikan manfaat sebagai pemererat kerukunan dan silaturahmi antar warga. Merti Dhusun adalah sebuah warisan dari nilai-nilai luhur budaya lama yang menunjukkan bahwa manusia menyatu dengan alam. Kata “merti” berasal dari kata mreti yang diambil dari kata dasar pitre yang berarti memiliki hajat, memberi kepada arwah para leluhur. Merti Dusun menjadi wujud budaya kejawen yang dimaksudkan sebagai tanda syukur kepada sang pencipta atas apa yang telah diberikan. Wujudnya dapat berupa rezeki yang melimpah, keselamatan, ketentraman, serta keselarasan hidup di dunia. Tradisi Merti Dusun mempunyai tujuan memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk keselamatan dari ancaman bencana alam dan sekaligus sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat atas rezeki, kesehatan, dan ketentraman. Upacara merti dusun dilaksanakan setiap Sabtu Wage di Bulan Rejeb kalender Jawa.
Proses pelaksanaan upacara Merti Dusun dimulai dengan acara
1. Ziarah Kubur sebagai wujud penghormatan kepada Tokoh Desa, Ziarah menjadi perekat umat yang berbeda agama. Selain itu juga sebagai wujud gotong royong dan toleransi dalam bermassyarakat
2. Tirakatan, dilakukan untuk persiapan kirab, yang terdiri dari doa dan tumpengan. Doa bersama dipimpin oleh tokoh masyarakat setempat sesuai keyakinan masing-masing. Tumpengan berupa ayam ingkung dan bubur jenang merah dan putih yang terbuat dari tepung beras. Acara tirakatan dilakukan sampai jam 12 malam. Masyarakat saling bergotong royong dalam melaksanakan upacara adat merti dusun.
3. Kirab. Berjalan atau berkeliling desa
4. Jathilan. Jathilan menjadi hiburan wajib dalam Merti Dusun.
5. Gambyong. Gambyong adalah simbol dari Dewi Nawang Wulan dan Jaka Tarub dalam memadu kasih.
6. Pewayangan. Wayang dilakukan setelah tari Gambyong. Cerita yang diangkat sesuai permintaan. Pada acara Merti Dusun mengambil cerita Semar Mbangun Khayangan, yang menceritakan Semar bertapa di Gua Indrakila pada puncak Suroloyo.
Adapun perlengkapan yang digunakan dalam tradisi merti dhusun:
1. Tumpeng Robyong, bermakna permohonan masyarakat agar diberikan kesuburan tanaman,
2. Tumpeng Tunjung, bermakna permohonan kesehatan dan kemudahan untuk masyarakat dusun,
3. Tumpeng Rasul dan Ingkung, bermakna permohonan ampun masyarakat dusun serta dijauhkan dari segala dosa dan kesalahan,
4. Bonang-Baning, bermakna diharapkan masyarakat dusun selalu berfikir positif, tenang, tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan, bening seperti air,
5. Jenang abang putih, bermakna ungkapan bakti kepada orang tua,
6. Sekul Golong Angsal, bermakna permohonan kepada Sang Pencipta agar diberi kemurahan rezeki, ampunan dosa dan yang menjadi harapan masyarakat dapat terkabul,
7. Ambeng Kalih, bermakna permohonan ampunan kepada Sang Pencipta dan mengingatkan kepada masyarakat bahwa segala yang hidup pasti akan mati,
8. Sekul Sepuh, bermakna harapan masyarakat dusun dijauhkan dari gangguan-gangguan dan mendapat keselamatan,
9. Tajan Rakan, bermakna harapan masyarakat dusun agar memperoleh rizki dan hasil panen yang melimpah,
10. Jajan Pasar, bermakna harapan masyarakat dusun dapat memperoleh hasil panen yang baik, sehingga hidupnya tidak kekurangan
Referensi:
Puspitasari, A. S. (2012). Kajian folklor tradisi Merthi Dusun di Dusun Tegono Desa Kaligono Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo. Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, Dan Budaya Jawa, Universitas Muhammadiyah Purworejo, 1(1), 81–90. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=72021&val=616
Setyawati, A. A. (2016). PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM UPACARA MERTI DUSUN (STUDI UPACARA MERTI DUSUN DI DUSUN MANTUP, DESA BATURETNO, KECAMATAN BANGUNTAPAN, KABUPATEN BANTUL). 3, 282.
Syah, G. A., Istimaghfiroh, Cahyani, F. G., Rifqillah, A., Azizah, A. W., Rahmawati, S., Hikmah, I. W., Astuti, Wi., Illiyyin, F. A., & Anwar, M. K. (2019). Merti Dusun : Unity in Diversity. Prosiding Konferensi Pengabdian Masyarakat, 1, 307–312.
Tumarjio, A. E., & Birsyada, M. I. (2022). Pergeseran prosesi dan makna dalam tradisi Merti Dusun di desa wisata budaya Dusun Kadilobo. Satwika : Kajian Ilmu Budaya Dan Perubahan Sosial, 6(2), 323–335. https://doi.org/10.22219/satwika.v6i2.21503
Jumat, 27 Oktober 2023
FORECAST
FORECAST
“Fabulous Creativity and Digital Aspirations of Agribusiness Students"
Salam sejahtera bagi kita semua, Shalom, Om swastiastu, Namo buddhaya, Salam kebajikan
Halo seluruh keluarga mahasiswa Agribisnis Trunojoyo ...
Pada bulan Oktober 2023 ini, e-mading FORECAST hadir dengan mengusung tema :
“Batik As The Identify Of Indonesian Nation”
Yuk, baca lebih lanjut. Selamat menikmati!
Minggu, 15 Oktober 2023
RITUAL YADNYA KASADA
Asal mula Suku Tengger diambil dari nama belakang Rara Anteng dan Joko Seger. Keduanya membangun pemukiman dan memerintah di kawasan Tengger ini, kemudian menamakannya sebagai Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger atau artinya “Penguasa Tengger yang Budiman”. Namun jika kita berbicara mengenai suku Tennger kita tidak bisa melewatkan budaya yang ada di sana. Setiap daerah memiliki legenda yang diutarakan secara lisan oleh para leluhurnya kepada antar generasi dengan wujud, bentuk, tema dan fungsi yang berbeda-beda disetiap daerahnya. Orang Tengger sendiri kaya akan upacara adat, namun mereka hampir tidak punya produk kesenian mereka sendiri. Adapun upacara adat yang masih diselenggarakan di wilayah tengger salah satunya adalah melakukan upacara Yadnya Kasada.
Perayaan Kasada atau hari raya Kasada ataupun dapat disebut Kasadoan yang sekarang ini lebih dikenal sebagai Yadnya Kasada, ini adalah tradisi masyarakat yang berupa seserahan kepada yang sang pencipta dan nenek moyang yang diyakini masyarakat suku Tengger. Upacara ini juga biasanya dilaksanakan pada setiap bulan Kasada hari-14, 15, atau 16 dalam penanggalan kalender tradisional Hindu Tengger dan pada bulan Agustus-September serta saat bulan purnama yang menampakkan dirinya. upacara Kasada juga dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan Mulunen. Mulunen adalah ujian menjadi dukun di Tengger yang diselenggarakan sekali dalam satu tahun pada bulan Kasada (Sony Sukmawan et al., 2018, p. 17 dalam Febriani & Riyanto, 2021). Sesaji utama dalam Yadnya Kasada adalah hongkek. Hongkek berasal dari kata Hong yang bermakna Maha kuasa dan Kek bermakna leluhur cikal bakal. Sesaji ini akan dilarung ke kawah Bromo atau ditaruh di sekeliling gunung beomo sebagai persembahan kepada Sang Maha kuasa dan para leluhur cikal bakal Tengger sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih atas limpahan hasil bumi yang telah diberikan kepada Wong Tengger. Hongkek terdiri dari pohon piji (mirip palem), bungkil (batang) pisang, palawiji, dan tujuh buah pras. Adapun pelaksanaan Kasada diawali dengan pengambilan air suci (tirta) dari Goa Widodaren. Pengambilan air suci ini dilakukan sebelum hari H pelaksanaan Kasada. Kemudian, pagi hari pada hari H pelaksanaan, para perangkat adat, pinisepuh suku Tengger, dan perwakilan pemerintahan menghadiri pembukaan upacara Kasada yang dilakukan secara simbolis oleh ketua pelaksana Kasada. Selain itu, tokoh-tokoh penting yang hadir dalam pembukaan ini disuguhi pementasan Sendratari Rara Anteng dan Joko Seger serta pementasan hiburan yang lainnya.
Referensi
Febriani, R., & Riyanto, E. D. (2021). Upacara Adat Tengger di Ambang Komodifikasi: Merawat Tradisi dari Ancaman Desakralisasi. Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya, 23(2), 148. https://doi.org/10.25077/jantro.v23.n2.p148-156.2021
Huda, M. T., Khasanah, I., Pesantren, I., Abdul, K. H., & Mojokerto, C. (2019). Beragama di Suku Tenger. Universitas Islam Negeri Mataram, 2, 153.
Rahmawati, S. A. A., & Andalas, E. (2023). Asal Usul Upacara Yadnya Kasada Sebagai Dasar Kehidupan Kebudayaan Masyarakat Tengger Probolinggo. Lingua Franca:Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Pengajarannya, 7(1), 110. https://doi.org/10.30651/lf.v7i1.9702
Sutarto, A. (2008). Sekilas Tentang Masyarakat Tengger. Repositori Kemendikbud, 1–15. http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/sites/37/2014/06/Masyarakat_Tengger.pdf
https://bpbd.probolinggokab.go.id/berita/bpbd-dalam-kegiatan-yadnya-kasada-suku-tengger-bromo
Produktivitas Lahan Sawit Malaysia Dan Indonesia
Terdapat lima faktor utama yang mempengaruhi produktivitas lahan sawit, yaitu:
Kematangan Pohon Sawit : Data United States Department of Agriculture – Foreign Agricultural Services (USDA-FAS) pada tahun 2013, 25% dari total lahan sawit di Indonesia berada pada kategori immature (umur 2-3 tahun) sehingga produktivitasnya tergolong rendah. Hal ini berbeda dengan Malaysia yang pada umumnya memiliki lahan sawit yang lebih mature (umur 8-14 tahun), dimana hanya 14% dari total lahannya tergolong immature. Menurut Wilmar, lahan sawit dengan pohon yang sudah dewasa dapat menghasilkan 18-30 ton tandan buah segar/ha atau 4,3-7,2 ton CPO/ha tiap tahunnya.
Penggunaan Pupuk : Penggunaan pupuk pada kebun sawit di Malaysia lebih intensif digunakan dari pada di Indonesia. Diketahui bahwa penggunaan fosfat dan potasium Indonesia masih dibawah Malaysia. Meski demikian, menurut Rankine dan Fairhursy (Woittiez et al., 2017), konsentrasi pupuk yang direkomendasikan untuk lahan sawit di Indonesia dan Malaysia masih tergolong rendah. Rekomendasi konsentrasi penggunaan pupuk di Indonesia bahkan tidak sampai dari setengah jumlah yang direkomendasikan.
Hama/Penyakit : Penyakit tanaman kelapa sawit yang umum di asia tenggara adalah jamur patogen bernama Ganoderma boninense. Penyakit Ganoderma ini dapat mengakibatkan penurunan produktivitas lahan hingga 50% di Sumatera Utara (Lisnawita, 2016). Berbeda dengan kasus di Malaysia, dengan pengelolaan sanitasi lahan dan bibit yang baik, secara total Ganoderma hanya mengakibatkan penurunan produktivitas lahan sebesar 3,7% (Abas & Seman, 2012).
Tata Kelola Perkebunan : Salah satu faktor produktivitas lahan yang rendah adalah manajemen pengelolaan lahan yang tidak baik. Hal ini sebenarnya dapat diatasi dengan adanya lembaga khusus yang mendampingi petani dalam mengelola lahan. Seperti halnya di Malaysia, terdapat badan pemerintah yaitu Federal Land Development Authority (FELDA) yang menaungi para petani plasma. FELDA berfungsi untuk melakukan riset, membina pengelolaan perkebunan dan memberikan bantuan finansial, sehingga produktivitas lahan dapat meningkat. Jumlah petani plasma yang benar-benar independen di Malaysia hanya sebesar 11%. Sedangkan di Indonesia masih belum ada badan pemerintah yang dapat menaungi para petani plasma dalam jumlah besar. Rata-rata produktivitas lahan dari petani plasma di Indonesia hanya sebesar 13 ton/ha, namun beberapa petani plasma yang dinaungi oleh skema OPHIR PTPN VI berhasil meningkatkan produktivitas lahan hingga 22-29 ton/ha
Letak Lahan Perkebunan : Berdasarkan data dari Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian, sekitar 1 juta Ha perkebunan sawit ditanam di daerah lahan gambut (Sihombing, 2017). Lahan gambut merupakan lahan yang tidak subur atau lahan sub optimal karena pH tanah rendah dan kandungan unsur-unsur hara makro dan mikro rendah. Hal ini bisa menjadi salah satu faktor mengapa produktivitas lahan perkebunan sawit di Indonesia cukup rendah.
Referensi :
Abas, R., & Seman, I. A. (2012). Economic impact of Ganoderma incidence on Malaysian oil palm plantation – A case study in Johor. Oil Palm Industry Economic Journal., 12(1), 24–30.
Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian. 2018. Statistik Perkebunan Indonesia komoditas Kelapa Sawit 2017 – 2019. Jakarta : Kementerian Pertanian. URL: http://ditjenbun.pertanian.go.id/?publikasi=buku-statistik-kelapa-sawit-palm-oil-2011-2013
Heffer, P. (2013). Assessment of Fertilizer Use by Crop at the Global Level. International Fertilizer Industry Association, 5(8), 9. www. fertilizer. org/ifa/Home-Page/LIBRARY/Publication-database
Nurhayati, N., Ekawati, M., Lestari, W., Paramitha Andina, P., & Ambawati, W. (2018). Kajian hilirisasi kelapa dan sawit Indonesia berdasarkan produktivitas dan sifat fungsional. Seminar Nasional Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember, November 2018, 748–758. http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/100229
Sihombing, Martin. 2017. PP Gambut Kurangi Lahan Sawit Indonesia 1 Juta Ha. URL : http://industri.bisnis.com/read/20170427/99/648893/Permen%25252520LHK%25252520Soal%25252520Gambut%25252520Perlu%25252520Dievaluasi
USDA. 2012. Malaysia : Stagnating Palm Oil Yields Impede Growth. Commodity Intelligence Report. URL: http://www.pecad.fas.usda.gov/highlights/2012/12/Malaysia/
Tampubolon N. S. H. 2016. Pengaruh Umur Tanaman Terhadap Produktivitas Kelapa Sawit (Elais guineensis) Studi Kasus: Perkebunan Rakyat di Kecamatan Pegajahan, Serdang Bedagai. URL: https://jurnal.usu.ac.id/index.php/ceress/article/view/17459
Wilmar. 2018. Harvesting & Oil Palm Yield. URL : https://www.wilmar-international.com/our-businesses/plantation
Woittiez, L. S., van Wijk, M. T., Slingerland, M., van Noordwijk, M., & Giller, K. E. (2017). Yield gaps in oil palm: A quantitative review of contributing factors. European Journal of Agronomy, 83, 57–77. https://doi.org/10.1016/j.eja.2016.11.002
FESTIVAL DANAU SENTANI
Festival Danau Sentani (FDS). Salah satu festival budaya yang ada di Indonesia yaitu Festival Danau Sentani (FDS). FDS merupakan salah satu festival tahunan yang diselenggarakan oleh Kabupaten Jayapura, festival ini juga sudah masuk ke dalam kalender pariwisata utama di Kabupaten Jayapura. FDS menjadi kegiatan atau acara yang selalu dinantikan setiap tahun oleh warga setempat maupun masyarakat atau wisatawan lainnya. Dalam festival ini masyarakat Sentani tidak menutup diri dengan hanya menampilkan kebudayaan mereka, melainkan memberikan kesempatan kepada paguyuban-paguyuban lain yang berada di Kabupaten Jayapura, Kota Jayapuran dan Kabupaten lainnya untuk turut serta memeriahkan festival ini, misalnya dengan menampilkan tarian tradisional diiringi lagu-lagu daerah atau dengan menjual produk-produk lokal milik masing-masing paguyuban. Festival Danau Sentani (FDS) merupakan acara pagelaran kebudayaan di Kabupaten Jayapura yang dimulai sejak tahun 2007 sampai dengan saat ini. Festival Danau Sentani dilaksanakan sekitar akhir bulan Juni di pinggiran danau Sentani yaitu Khalkote di salah satu distrik Kabupaten Jayapura, yaitu distrik Sentani bagian timur. Pada dasarnya FDS diadakan dengan tujuan untuk pelestarian kebudayaan serta menjadi salah satu obyek wisata di Kabupaten Jayapura. Adapun acara yang sering disajikan atau diadakan di Festival Danau Sentani ini yaitu:
Tarian di atas perahu (Tari Isosolo). Tarian Isosolo merupakan salah satu tarian wajib di Festival Danau Sentani, yang mana tariannya dilakukan di atas perahu, masyarakat Sentani yang sudah terbiasa tinggal di danau Sentani menjadikan mereka mampu melakukan segala sesuatu di atas perahu, salah satunya yaitu menari. Tarian Isosolo ini akan berkerak dari satu kampung ke kampung yang lain. Makna dari tarian Isosolo ini yaitu orang-orang yang menari dengan penuh perasaan sukacita atau gembira. Mereka mengungkapkan perasaan mereka lewat tarian ini.
Ragam kesenian di panggung utama. Yang mana dipanggung tersebut biasanya akan ada penampilan-penampilan ragam seni budaya, seperti tarian tradisional yang diiringi lagu-lagu daerah dan nyanyian atau musik tradisional seperti tifa yang merupakan alat musik yang selalu hadir dalam acara-acara tradisi termasuk didalamnya tifa juga penting berkaitan dengan FDS.
Tur keliling danau Sentani. Dalam rangka memperlihatkan keindahan alam danau Sentani di Festival Danau Sentani terdapat jadwal kegiatan yaitu tur. Tur ini diperuntukan untuk semua pengunjung yang datang dan ingin menikmati keindahan alam danau Sentani.
Wisata kuliner dan pusat belanja produk lokal masyarakat. Di FDS juga terdapat wisata kuliner dan menjadi pusat belanja produk-produk lokal.
Referensi:
KASWARI, R. B. W. U. S. (2012). Arti Tifa Dalam Musik Tarian Adat Di Sentani Pada Festival Danau Sentani 2010 Di Kabupaten Jayapura Papua (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Maharah, F. E., & Widiatmoko, D. (2020). Perancangan Media Promosi Festival Danau Sentani 2020. 6(3), 3900–3906.
Muabuay, J. M. (2019). Persepsi Dan Preferensi Pengunjung Tentang Objek Wisata Danau Sentani Kab. Jayapura (Doctoral dissertation, Universitas Komputer Indonesia).
Nuwa, E. D. F., Penelitian, H., Nuwa, E. D. F., Indonesia, P. B., & Jakarta, U. N. (2023). Prosiding Seminar Nasional Alih Wahana : Cerita Rakyat Legenda Danau Sentani menjadi Salah Satu Inspirasi dalam Festival Danau Sentani ( FDS ). 784–794.
Pertanian Organik Jepang
dan tata kelola (Rosenberger, 2017) . Jepang memiliki istilah untuk hasrat terhadap makanan lokal dan segar: chisan, chishou, yang berarti, ‘produksi lokal, dan konsumsi lokal’. Preservasi chisan-chisou pada salah satu negara yang paling terurbanisasi di dunia.
Pertanian organik modern di Jepang dimulai pada tahun 1930-an. Sejak itu, Zaman pertama dimulai dengan perintis gerakan akar rumput. Pionir yang paling menonjol adalah Mokichi Okada, seorang pemimpin agama, dan Masanobu Fukuoka, seorang filsuf pertanian. Okada mendorong penggunaan tenaga alam tanpa pupuk kimia dan pestisida. Sebaliknya, Fukuoka mengangkat prinsip menghindari pembajakan, pemupukan, pestisida, dan penyiangan. Untuk filosofi dan praktik ini, Fukuoka masih dianggap internasional sebagai pembuat makanan organik. Praktik awal ini, yang disebut “pertanian alami”. Sekitar periode Perang Dunia II, penggunaan dan mobilisasi sumber daya dibatasi, yang juga berlaku untuk pertanian alami. Pada akhir Perang Dunia II, dia dievakuasi dari Tokyo. Belakangan, pertanian alami berkontribusi pada perkembangan teknologi budaya pertanian organik dan berperan besar dalam perkembangan gerakan pertanian organik Jepang pada tahun 1971. Setelah Perang Dunia II, masyarakat pedesaan Jepang dan lingkaran kebijakan menerapkan pertanian intensif dan meningkatkan produksi pangan. Dampak berbahaya dari pestisida kimia dan keracunan makanan mengkhawatirkan baik warga negara maupun spesialis. Hal ini menyebabkan terbentuknya Asosiasi Pertanian Organik Jepang. Tahun 1970-an juga melihat perkembangan Teikei sistem antara produsen organik dan konsumen. Mereka tidak hanya membentuk hubungan jual-beli, tetapi juga “hubungan timbal balik berdasarkan kepercayaan” yang mengintegrasikan fungsi pasar fundamental. Dengan demikian, perkembangan sistem Teikei menyebabkan “ledakan pertama pertanian organik”.
Zaman kedua pada 1980-an, "ledakan kedua pertanian organik" meningkat ketika koperasi konsumen meningkatkan penjualan hasil panen dengan penurunan penggunaan bahan tambahan makanan dan bahan kimia. Kelompok produsen terorganisir ini memulai pertukaran dengan konsumen perkotaan dan, karena penjualan produk pertanian dengan bahan tambahan makanan dan bahan kimia yang lebih sedikit meningkat, konsumen menjadi bingung dengan pelabelan produk seperti "tanpa bahan kimia" dari pada "organik" (Miyake, Y., & Kohsaka, R. 2020) . Pada saat bulan maret tahun 2011, adanya sebuah peristiwa nuklir yang membuat produksi tanaman organik di jepang mengalami kehancuran. Namun para petani muda menghidupkan kembali pertanian mereka dengan belajar ke luar negri dan mempelajari sistem pertanian di luar, Setelah mereka Kembali dengan ilmu yang sudah mereka dapat dari luar negri mereka membangun pertanian dengan kapasitas yang menarik dan mengikuti keinginan konsumen Orito, E. (2013).
Kebijakan pertanian organik di Jepang Pada tahun 1989, ketika Diet Nasional dan pemerintah lain tertarik pada pertanian organik sebagai tujuan kebijakan untuk pembangunan pedesaan di bawah perjanjian perdagangan masa depan dari putaran Uruguay, pemerintah Jepang memulai upaya nyata dengan mendirikan Organik. Fokus pemerintah pusat dan daerah untuk membenahi definisi pertanian organik (Miyake, Y., & Kohsaka, R. 2020).
Dalam era modern ini, generasi muda sudah mulai tidak tertarik atau mengapresiasi pertanian chisan chishou. Namun, pemerintah Jepang tidak tinggal diam. Mereka memberikan insentif-insentif, untuk mengakselerasi pertanian lokal. Di 20 tahun terakhir ini, pemerintah telah memfasilitasi pertanian lokal untuk memasuki pasar. Menjual tanah pertanian kepada kepentingan komersial, akan dipajaki sangat tinggi oleh pemerintah, sementara memberikan tanah tersebut ke anak untuk pertanian hanya dipajaki sangat minim. Pusat pertanian juga mengundang anak-anak sekolah untuk menanam dan memanen, untuk meningkatkan minat mereka. Pertanian kadang menjadi bagian dari kurikulum sekolah. Minoru Yoshino dari Pusat Penelitian Pertanian Fukuoka menjabarkan peran pemerintah pada chisan-chishou dalam tiga hal. Makanan lokal yang segar adalah lebih sehat, dan rasa yang nikmat akan meningkatkan konsumsi sayuran. Sementara, pertanian lokal adalah lebih baik bagi kelestarian lingkungan, karena hanya memerlukan air dan pestisida lebih sedikit.
Dasar-dasar Teknologi Pertanian Organik menurut Wakui, Y. (2009) :
Tanah diperkaya dalam bahasa Jepang “tsuchi-dukuri” dengan menggunakan pupuk kompos dan bokashi, yang dihasilkan dari fermentasi berbagai bahan organik. Kondisi tanah diperbaiki dengan menggunakan cacing tanah dan mikroorganisme pengurai bahan organik. Tanah yang diperbaiki membantu tanaman tumbuh sehat dan kokoh.
Penanaman gabungan dari berbagai jenis tanaman dilakukan dalam bentuk pergiliran tanaman dan penanaman campuran. Kombinasi tanaman gramineous dan leguminous sangat efektif dalam pengayaan tanah dan menciptakan lingkungan untuk meminimalkan kerusakan akibat hama dan penyakit.
Untuk mengurangi jamur/bakteri, pathogen, dan serangga berbahaya, dengan mencoba memperbanyak makhluk berguna yang memakannya di ladang, seperti mikroorganisme, serangga, katak, kadal, burung kecil, dll.
Refernsi :
Miyake, Y., & Kohsaka, R. (2020). History, ethnicity, and policy analysis of organic farming in Japan: when “nature” was detached from organic. Journal of Ethnic Foods, 7(1), 20.
Orito, E. (2013). Les teikei–les précurseurs au Japon de l’agriculture biologique–face à la catastrophe nucléaire de mars 2011. Géographie et cultures, (86), 83-99.
Rosenberger, N. (2017). Young organic farmers in Japan: Betting on lifestyle, locality, and livelihood. Contemporary Japan, 29(1), 14–30. https://doi.org/10.1080/18692729.2017.1256974
Wakui, Y. (2009). Organic farming technology in Japan. Pilot Project for Better Farm Income by Organic-Based Vegetable Production. Koibuchi College of Agriculture and Nutrition, MITO.
https://grobogan.go.id/info/artikel/580-pertanian-organik-jepang-referensi-untuk-pembangunan-pertanian-organik-di-grobogan
Kamis, 10 Agustus 2023
PEMBAGIAN KELOMPOK GEMPITA 2023
NAMA KELOMPOK GEMPITA 2023
Kelompok 1: Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats (SWOT)
LI: Esti Kusuma Heningtyas
1. Muhammad Hilmy Zhafran Al-Mahdy
2. Ikhsani Illal Ikhsan
3. Akbar Aditia Susanto
4. Abdur Rouf
5. Mahbub Rodhi Azizy
6. Elvan Kurniadhi
7. Mar'atul Fitriyah
8. Erista Apsari
9. Sunarsih
10. Qoriyatin Trisnawati
11. Ryegita Putri Rimada
12. Maulidatul Badriyah
13. Fatimahtus Zahro
14. Hilmiatun
15. Nova Dwi Aryanti
16. Nuril Cahya Kamila
Kelompok 2: People, Costumer, Shareholder (PCS)
LI: Mahardhani Annisa A
1. Muhammad Rio Fanani
2. Dinol Haqqi
3. Fitra Ramadiansyah Wijaya
4. Moh. Faris Firdausi
5. Rifkhi Risma Erfina Galant
6. Imam Mabrury
7. Zainiatul Muarifah
8. Ning Fara Seirina
9. Fara Najwa
10. Riswatillana Dewi
11. Diva Fitria Rahmadani
12. Uswatun Hasanah
13. Dinda Nur ' Aini
14. Zanuba Arifah
15. Tria Nurjanah
Kelompok 3: Strategy, Tactic, Value (STV)
LI: Ester Oktavia Naibaho
1. Moh. Kholil
2. Moh. Syafii
3. Nova Gilang Romdoni
4. Muhammad Ryan Ardiansyah
5. Ahmad Rifa'i
6. Fikri Inggiansyah Utomo
7. Rima Ayu Rahmadhany
8. Irene Anandita
9. Berliana Nur Rohmah
10. Lina Fikrotul Kamilah
11. Agustin Aristina Anugrah
12. Izza Dewi Permata
13. Sadila Dwi Meilani
14. Aliyah Usril Hidayati
15. Resty Mahilda Rohan
Kelompok 4: Payback Period (PBP)
LI: Zaky Aditya
1. Iman Adi Musadani
2. Yogi Dwi Firman Hamdani
3. Mishbahul Jamil Kurniawan
4. Iqbal Baihaqi
5. Suniko Reza Romandhon
6. Hafiz Prisma Budi Pratama
7. Sely Amelia
8. Nurul Hikmah Septiani
9. Himmatun Ikhtiariyah
10. Nada Nadiatul Nabila
11. Aida Elfani Emilian
12. Rifana Tri Fanani
13. Dhea Nanda Azzahra
14. Fitri Rohmadani
15. Nurul Sofiana
Kelompok 5: Sustainable Marketing Enterprise (SME)
LI: Priziarangga Surya R
1. Miftakhurrizky
2. Erlangga Bayu Adi
3. Esta Ramadhana
4. Arziqni Tasya Anzilni Rohmatina
5. M. Arvian Ardiansyah
6. Akmalul Fikri
7. Nur Kholifatul Khasanah
8. Adhelina Devia Rahmah
9. Atira Dwi Silviana
10. St. Khomairoh Sandra Putri
11. Ismy Dian Nabila Alya
12. Vibry Noer Amellia
13. Afiatun Abdiyah
14. Flora Cita Br Marpaung
15. Mutiara Hakim
Kelompok 6: Total Quality Management (TQM)
LI: Mahmudah Albahril
1. Faiz Nurul Kholishoh
2. Mochammad Faisal Akbar
3. Ricky Wahyu Arisandi
4. Rifandi Setiawan Ilyaisi
5. Fauzy Andrian
6. Irwan Purwiyanto
7. Pradnya Naiffa Isyana Ismat
8. Rizky Ayu Ramdhania
9. Dinta Alena Nayna Tamana Putri
10. Siti Nurhaliza
11. Herlina Safitri
12. Fatimah Azzahro
13. Zalva Ramahdani Putri
14. Lelin Sari Andarohmatul Aula
15. Della Ayu Dwi Puspitasari
Kelompok 7: Last In First Out (LIFO)
LI: Paustina Siringo Ringo
1. Febriyadi Wardoni
2. Iqbal Maulidi
3. Saktia Dewani Nafisa Rompak
4. Ardiyana
5. Rizqi Maulana
6. Achmad Jauhari Ubaidillah
7. Laila Dwi Kartika Sari
8. Errin Citra Ardila
9. Najswa Salsabila
10. Ninda Ardita
11. Desi Puspitasari
12. Novia Selomita Waluyo
13. Nabila Soraya Azzahra
14. Nur Aini
15. Nabila Nurul Fajariyah
Kelompok 8: Rate Or Return (ROR)
LI: Elva Elhana
1. Ahmad Riyadi
2. Khuwailid
3. Birrul Walidain Aidifta
4. Robin Fahriza
5. Ghedolvan Mauludino Parnoansah
6. Emanuel Dicky Anugerah Ony Christian Viery
7. Ummawati Lestari
8. Tari Fatmawati
9. Afifah Dwi Widyastuti
10. Inayah Wulandari
11. Fira Aisyah Putri Ariyanto
12. Siti Aisyah
13. Inayatul Fitria Nofani
14. Ailine Nur Nasywa Sucipto
15. Aulia Analisa
Kelompok 9: Economic Order Quantity (EOQ)
LI: Cahyo Ariadi
1. Enggar Pradita Putri Aradea
2. M. Cholil
3. Gibran Thoifury
4. Muhammad Yusuf Bahtiar
5. Jaya Firmansyah
6. Ahmad Ilham Mudaffar
7. Elviani Br Bangun
8. Khasanatun Nazilah
9. Irenna Maghfiroh Rhamadani
10. Putri Wahyu Fitria
11. Alifatul Jannah
12. Sella Jovita Samsi
13. Nur Saidatul Hasanah
14. Anis Rahmah Alfiyanti
15. Ririn Ariyanti
Kelompok 10: Customer Satisfaction Index (CSI)
LI: Agustin Dwi Elissa N
1. Kholifatal Khakiqi
2. Raihan Muhammad Iqbal
3. Reza Afriyanto
4. Ahmad Yunan Mirza Syahiram
5. Fajar Romadhon
6. Nurul Inayah
7. Nuri Sabila Hani
8. Nurul Laili
9. Istiadati
10. Sabrina
11. Linda Wulandari
12. Amelia Nur Rohma
13. Dela Ayu Pratiwi
14. Putri Ayu Adelina Situmorang
15. Mayang Nurhidayah
Minggu, 18 Juni 2023
FORECAST
FORECAST
“Fabulous Creativity and Digital Aspirations of Agribusiness Students"
Salam sejahtera bagi kita semua, Shalom, Om swastiastu, Namo buddhaya, Salam kebajikan
Halo seluruh keluarga mahasiswa Agribisnis Trunojoyo ...
Pada bulan Juni 2023 ini, e-mading FORECAST hadir dengan mengusung tema :
“Hari Krida Pertanian”
Yuk, baca lebih lanjut. Selamat menikmati!
Selasa, 23 Mei 2023
Tumbilotohe Tradisi Lebaran Suku Gorontalo
Tumbilotohe dikenal dalam bahasa masyarakat Gorontalo berarti sepasang lampu. Tradisi tumbilotohe adalah adat istiadat atau kebiasaan pasang lampu pada tanggal ganjil bulan ramadhan dalam menyongsong lailatul qadar yang menandakan berakhirnya Ramadan, tepatnya tiga hari sebelum malam lebaran pada tanggal 27 Ramadhan di Provinsi Gorontalo. Tradisi pasang lampu dengan niat menyongsong datangnya lailatulqadar, karena cahaya rembulan mulai redup, sehingga kaum muslim yang ingin pergi ke masjid tidak terhalangi oleh gelapnya malam, bertujuan untuk mengingatkan orang-orang untuk beri’tikaf di masjid atau di mushalla untuk bertadarrus dan shalat malam.
Saat tradisi Tumbilotohe digelar, gemerlap lentera digantung pada kerangka–kerangka kayu yang dihiasi dengan janur kuning (Alikusu) atau hiasan yang terbuat dari daun kelapa muda yang menghiasi kota Gorontalo. Di atas kerangka digantung sejumlah pisang sebagai lambang kesejahteraan dan tebu sebagai lambang keramahan dan kemuliaan hati menyambut Hari Raya Idul Fitri. Semarak tumbilotohe dimanfaatkan untuk berkumpul pada malam hari dengan orang tua dan anak-anak, bersilaturahmi kepada sanak saudara, keluarga dan sahabat. Tak hanya warga Gorontalo, tetapi banyak juga masyarakat yang hadir dari luar kota Gorontalo demi menyaksikan kemeriahan Tumbilotohe. Tanah lapang yang luas dan daerah persawahan dibuat berbagai formasi dari lentera membentuk gambar masjid, kitab suci Al-quran, dan kaligrafi yang sangat indah dan mempesona. Tradisi Tumbilitohe juga menarik ketika warga Gorontalo mulai membunyikan meriam bambu atau atraksi bunggo dan festival bedug.
Tradisi menyalakan lampu minyak tanah pada penghujung Ramadhan di Gorontalo, sangat diyakini kental dengan nilai agama. Masyarakat gorontalo mengekspresikan diri dalam mensunyikan jiwa dengan melaksanakan tradisi tumbilotohe yang disimbolkan dengan menyalakan tohe adalah wujud menyalakan jiwa yang telah dibersihkan pada saat melaksanakan puasa. Ekspresi relegius muncul setiap tahunnya untuk mempersipakan hari yang sangat penting yakni hari fitri.
Dalam perkembangnnya tradisi ini mengalami banyak perubahan. Pada awalnya tradisi ini menggunakan belahan buah papaya dan minyak kelapa dengan sumbu dari kapas, kemudian beralih ke bamboo dengan minyak tanah dan sumbu, namun kini banyak juga warga masyarakat yang memakai bohlam atau lampu pijar dalam melaksanakan tradisi itu. Pemasangan lampu itu pada perkembangannya ternyata tidak hanya dipasangsecara konvensional dengan berjejer di depan rumah, tetapi sudah banyak inovasi dan kreativitas, seperti di pasang dalam bentuk gapura atau model lainnya.
Adapun atribut yang dipersiapkan untuk digunakan pada perayaan:
a. Alikusu (gapura/gerbang pintu masuk). Alikusu diartikan sebagai tempat tinggal karena lampu-lampu yang diletakkan dalam keadaan menyala itu bermanfaat memberi penerangan agar tidak tersesat.
b. Lale-Lale (janur kuning). Secara filosofis, ketika ditiup angin membuat lale tersebut menari-nari dimaknai sebagai tanda kehadiran malam seribu bulan atau malam lailatulqadar.
c. Butulu-Butulu adalah botol kaca tempat lampu pijar diisi sumbu dan minyak tanah. Butulu simbol dari kekuatan hidup kala manusia harus tetap teguh dan sabar.
d. Tubu-Tubu (sumbu lampu) dimaknai sebagai jalan kehidupan yang berakar pada al-Qur’an. Tubu yang digambarkan dengan untaian benang merupakan cerminan umat Muslim Gorontalo yang kehidupannya untuk tetap lurus sesuai dengan ajaran dan larangan Allah swt seperti yang tercantum dalam al-Qur’an.
e. Polohungo-Polohungo adalah sejenis tanaman bunga yang dirangkai. Memiliki ragam warna yang diikat menjadi satu dan digantung pada alikusu. Polohungo dimaknai sebagai warna-warna proses kehidupan yang sudah terlewati dan terangkai dari perjalanan hidup manusia.
f. Patodu-Patodu (tebu) dimaknai sebagai pemanis. Mengambil nilai dari sifat patodu yang semakin tua rasanya akan semakin manis, maka hendaklah manusia juga mengikuti sifatnya tersebut. Patodu mengisyaratkan kepada umat muslim untuk selalu memperbaiki perilaku dan berhati-hati dalam bertutur kata.
g. Lambi-Lambi (pisang). Filosofi pisang adalah tumbuhan yang tidak mau mati sebelum dia berbuah. Dalam kehidupan manusia lambi dimaknai sebagai seorang manusia yang bersungguh-sungguh dalam pengabdiannya kepada Allah swt.
Referensi
Freshi Kavita Sandy. (2018). BUSANA PESTA MALAM DENGAN SUMBER IDE TUMBILOTOHE PADA PERGELARAN BUSANA MOVITSME.
Ibrahim, S., Rusli, M., Sultan, I., & Gorontalo, A. (2022). Pemahaman Masyarakat Terhadap Lailah al-Qadr di Desa Teratai : Kajian Living Qur ’ an. 1(Januari), 13–27.
Wibawa, N. H. H. P., Yasin, Z., Hi, M., Husnan, H. M. I., & Mashadi, M. S. (n.d.). ISLAM.
Wibawa, N. H. H. P. (2018). RELEVANSINYA DENGAN KESUCIAN JIWA Oleh Nazar Husain hadi pranata wibawa Email nazarhusain80@gmail.com Abstrak A . Pendahuluan Tradisi tumbilotohe adalah adat istiadat atau kebiasaan pasang lampu pada tanggal ganjil bulan ramadhan menyongsong lailatul qada. 18(2), 158–180.
Sabtu, 20 Mei 2023
FORECAST
FORECAST
“Fabulous Creativity and Digital Aspirations of Agribusiness Students"
Salam sejahtera bagi kita semua, Shalom, Om swastiastu, Namo buddhaya, Salam kebajikan
Halo seluruh keluarga mahasiswa Agribisnis Trunojoyo ...
Pada bulan Mei 2023 ini, e-mading FORECAST hadir dengan mengusung tema :
“National Book Day: One Book, One Change”
Yuk, baca lebih lanjut. Selamat menikmati!
Sudahkah
Anda Membaca Buku Hari Ini?
Oleh: Dwi Febbriyanti '21
Buku memiliki peran penting dalam kehidupan
manusia. Buku memberikan kita pelajaran hidup mengenai kesulitan, ketakutan,
cinta, serta setiap hal kecil yang menjadi bagian dari kehidupan. Buku telah
ada selama berabad-abad dan menceritakan pengetahuan tentang masa lalu,
peradaban, dan budaya kita. Peran buku dalam kehidupan tidak boleh diremehkan,
karena buku tidak hanya membantu memperluas wawasan tetapi juga sebagai pintu
penguhubung dengan dunia sekitar.
Kebiasaan membaca buku adalah kebiasaan yang baik,
namun sering kali disepelekan. ‘Buku adalah jendela
dunia’ merupakan suatu frasa yang sering kita dengar karena dengan membaca
buku, imajinasi menjadi terbuka, pikiran menjadi berkelana, dan hal tersebut
tentu saja memberikan hasil yang positif untuk meningkatkan
kreativitas.
Dalam hidup, tentunya kita sangat membutuhkan teman yang baik. Jika tidak? Tak terbayangkan, bukan, betapa sepinya? Dalam hal ini, buku bisa menjadi sahabat yang terus menginspirasi kita untuk menjadi versi terbaik diri. Buku akan memperkaya pikiran kita dengan pengetahuan dan kita pun akan belajar menghargai dan menjaga buku itu.
“Kriiinggg” bell istirahat sekolah
berbunyi.
“Chan, ayo kekantin.”
“Yok, Vin.” Jawab Chandra diiringin langkah Kevin keluar pintu kelas.
Setiap hari Kevin dan Chandra selalu bersama-sama dimanapun mereka berada. Banyak orang yang bilang “dimana ada kevin disitu pula Chandra berada” mereka layaknya dua orang yang tak pernah terpisahkan. Setiap istirahat mereka selalu pergi kekantin untuk membeli makan atau hanya sekedar mencari suasana baru atas kebosanan ruang kelas yang setiap pagi mereka kunjungi. Kavin dan Chandra tidak suka pelajaran di kelas terlebih pelajaran itu ada unsur perhitungan. Mereka benci. Kevin lebih memilih memainkan game online dari pada mendengarkan guru berbicara terus menerus yang memaksa murid tidak suka pelajaran untuk menyukai pelajaran, menurut Kevin game online dapat mengasah otak manusia lebih cerdas. Tidak dengan Chandra, olahraga menjadi proritas utama baginya, terkadang dia juga suka bermain game online bersama Kevin ketika kebosanan prioritas timbul.
Halaman belakang menjadi tempat tujuan mereka untuk bermain game online. Tempat yang sejuk. Lapang. Indah. Tetapi bukan itu saja alasan merekka memilih tempat tersebut. Warung Bu Ida, yang juga terdapat di halaman belakang tempat Kevin dan Chandra sering bermain game online. Wifi gratis menjadi alasan mereka memilih warung Bu Ida. Disana tidak terlalu banyak murid untuk datang membeli makanan. Sedikit agak jauh dari kelas yang membuat murid-murid tidak memilih warung Bu Ida sebagai tempat makan, kalau di pikir-pikir makanan Bu Ida makanan terenak di sekolah ini. Kedekatan Kevin dan Chandra bisa dibuktikan dengan obrolan mereka yang tidak pernah habis. Semua yang mereka lihat bisa menjadi topik pembicaraan.
“Chan, liat gedung itu!”
“Ya….” Jawab Chandra penasaran.
“ Gedung seram kenapa ditempatkan di
belakang sekolah. Sepi. Tidak ada yang mau kesana.”
“Banyak yang mengatakan gedung belakang
tempat terseram yang ada di sekolah kita, tidak ada murid yang berkunjung
disana kecuali ada urusan penting. Konon katanya siapapun yang masuk ke gedung
belakang, sifat dan perilakunya akan berbeda!”
“Semacam terkena cuci otak?”
“Bisa dibilang seperti itu.”
“Kalau memang benar, pasti ada orang yang
terlibat di dalamnya. Kenapa tidak dilaporkan saja ke kepala sekolah?” tanya
Kevin serius.
“Banyak yang sudah mencoba tetapi kepala sekolah tidak menghiraukannya, kepala sekolah menganggap mereka sedang membuat lelucon.”
Kevin semakin penasaran dengan gedung belakang sekolah. Dia ingin mencari tahu kenapa gedung belakang sekolah bisa mencuci otak para murid-murid yang masuk ke dalam gedung belakang sekolah. “Apakah ada orang yang sengaja mencuci otak murid-murid, kalau benar kenapa kepala sekolah membiarkannya? Apakah gedung belakang sekolah memiliki kekuatan sihir merubah karakter atau sifat seseorang sehingga menjadikannya berbeda?” tanya Kevin dalam hati. “Kalau benar apakah benar kita hidup di dunia sihir?”
“Kriiiinggg” waktu menunjukkan pukul 10.00 tanda waktu masuk tiba. Mereka bergegas kembali ke kelas untuk mendengarkan penjelasan guru di depan kelas berjam-jam tanpa henti. Langkah menuju kelas terasa berat bagi Kevin dan Chandra, mereka tahu setelah ini terdapat pelajaran matematika yang sangat meraka benci. Sesampainya dikelas, penjelasan ibu guru membuat Kevin dan Chandra bosan dalam kelas. Game online menjadi pilihan terbaik bagi mereka untuk menghindari kebosanan. Dengan sembunyi-sembunyi mereka memaikan game online. Didalam keseruan mereka memainkan game, Chanda tak sengaja berteriak atas kekalahannya dari Kevin. “Aahhh Sial” Ibu Guru dan semua murid yang ada di kelas menoleh ke Chandra.
“Chandra, lagi apa kamu? Sudah tidak
mendengarkan, rame sendiri. Keluar.”
“Iya Bu…” lirik Chanda ke Kevin.
Kevin hanya bisa diam, sembari melihat
Chandra yang keluar dari ruangan kelas. Kevin tidak bisa berbuat apa-apa selain
berdiam diri, dia baru pertama kali setakut ini melihat Ibu guru marah.
Ketakutan Kevin semakin menjadi ketika ancaman Ibu guru yang menjanjikan nilai
jelek kepada Chandra. Suasanya kelas menjadi berubah seketika. Kekesalan ibu
guru membuat satu kelas hanya mendapatkan tugas dari Ibu guru. Kevin diam tak
berbuat apa-apa hingga ibu guru keluar kelas dengan wajah kemarahan. Semua
murid hanya diam sembari mengerjakan tugas yang diberikan oleh Ibu guru.
Kevin merasa bosan di ruangan kelas terus menerus. Tugas perhitungan membuat Kevin makin benci berada di ruangan kelas. Dia membayangkan Chandra yang sekarang pasti berada di warung Bu Ida dan bermain game online. “Apa menyusul ke warung Ibu Ida dan bermain Game online saja dari pada disini, tetapi tugas ibu guru?” bimbang Kevin.
“Bye Gays”
“Mau kemana Vin?” Teriak Dani sebagai ketua kelas .
Kevin berlari menuju warung Ibu Ida tanpa
menghiraukan Dani. Langkah Kevin semakin terpacu. Tolehan kekiri dan kekanan
Kevin lakukan untuk menghindari Ibu Guru. Langkah Kevin terhenti didepan warung
Ibu Ida yang sepi tidak melihat satupun orang berada di sana.
“Bu Ida, lihat Chandra?”
“Oh Chandra, tadi dia menuju ke gedung
belakang tapi sampai sekarang tidak muncul lagi.”
“Jangan-jangan Chandra terkana sihir
sampai berani masuk ke gedung belakang” tanya Kevin dalam hati.
“Nak Kevin? Hallo nak Kevin?”
Langkah Kevin bergegas menuju gedung belakang menghiraukan Ibu Ida yang menyadarkan Kevin dari lamunan sejenak. “Chandra harus selamat, jangan sampai Chandra tercuci otaknya” Kevin bergegas menuju ke gudang belakang dan berharap Chandra baik-baik saja. Langkah kevin semakin pelan saat kevin menatap pintu gudang belakang. Kevin terdiam sejenak. Mengumpulkan niat dan keberaniannya untuk masuk ke dalam. “Kalau aku masuk dan terkena sihir cuci otak, siapa yang akan menolongku? Aku hanya butuh fokus tujuan, menyelamatkan Chandra dan semua akan baik-baik saja” Semakin dekat Kevin dengan pintu gudang belakang semakin yakin untuk mengurungkan niatnya masuk ke gudang belakang. Tiba-tiba pintu gudang belakang itu terbuka, terlihat seseorang yang keluar dari pintu.
“Chandra, syukurlah kamu tidak apa-apa!”
lega Kevin
“Kevin, hidup ini hanya sekali,
pergunakanlah dengan baik. Carilah ilmu setinggi mungkin, perbanyaklah
pengetahuan.”
“Chandra? Apa yang kamu bicarakan? Kena
cuci otak?”
“Tidak Kevin, jangan sia-siakan sem….”
Amarah Kevin membludak, dia tahu di dalam pasti ada yang tidak beres. Pembicaraan Chandra tidak seperti biasanya. Baru kali ini dia berbicara begitu. Langkah Kevin tak terkontrol menendang pintu gudang belakang dengan keras. “Daarr”. Suasana sangat sunyi, tidak ada suara terdapat di dalam sana.
“Waaaaaww …” Kagum kevin.
Buku tersusun rapi dan menutupi seluruh ruangan. “Apakah ini perpustakaan?” tanya hati Kevin. Ketenangan terasa saat kevin masuk ke dalam. Kevin tidak bisa berbicara apa-apa, hanya ekspresi kagum yang bisa dia lakukan. Langkah kakinya terasa bergerak sendiri tanpa dia minta, menyusuri lorong-lorong rak-rak buku yang tersusun rapi dari kiri. Kanan. Atas. Depan. Belakang. Tak disangkah keindahan ini tidak terlihat dari luar gedung. Langkah Kevin terhenti didepan buku yang berjudul “Waktu”. Kevin melihat kalimat dalam buku itu yang mengatakan “Jangan sia-siakan waktu untuk kesenanganmu tapi sia-siakanlah waktu untuk menuntut ilmu”. Dua jam kevin membaca. Kesegaran udara didapatkan ketika Kevin keluar dari gedung belakang, dia merasa memiliki harapan baru di dalam hidupnya. Kevin melangkah kembali ke ruang kelas Dan ketika bertemu Dani, kalimat pertama yang diucapkan Kevin.
“Jangan sia siakan waktu
untuk kesenanganmu tapi sia-siakanlah waktu untuk menuntut ilmu”
“Vin, kamu terkena sihir
gudang belakang?”
“HIDUP
DENGAN BUKU”
Agam, merupakan cowok kelas 11 SMA
yang sangat suka membaca. Setiap harinya, selalu ia habiskan untuk membaca.
Bahkan, saat di sekolahpun ia selalu membawa bukunya untuk dibaca saat jam
istirahat. Agam selalu di bilang aneh oleh temannya, karena kemanapun ia pergi
selalu membawa buku. Namun ia tak pernah menanggapi teman-temannya itu. Disuatu
pagi hari sata sedang jam istirahat, Agam duduk di bangku kelasnya.
“Haha
lihatlah anak itu, pasti membaca buku lagi.” Ledekan dari salah satu temannya.
“Haha
dasar si kutu buku. Emangnya ngapain sih baca buku terus, sok sibuk banget
kelihatannya” Sahut temannya. Mendengar perkataan dari temannya itu, Agam
terdiam dan tak membalasnya dengan sepatah kata.
Membaca memang hobi yang dimiliki
Agam. Menurutnya, sehari tanpa membaca buku akan melewatkan sejuta ilmu yang
ada dari dalam buku tersebut. Jika Agam bisa memilih, ia akan memilih untuk
hidup di antara tumpukkan buku. “Jika aku bisa memilih, saya lebih memilih
untuk hidup bersama benda mati yang bisa membuat saya hidup, dari pada bersama
orang hidup yang membuat saya mati.” Kata Agam.
Disuatu hari saat sedang jam
pelajaran berlangsung, guru memberikan pertanyaan kepada muridnya. Namun tak
ada satupun murid yang dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru tersebut.
Agam, ia mengangkat tangannya dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
gurunya itu. Dan jawaban ia benar. Guru itu sangat kagum dengan Agam, begitupun
teman-temannya.
“Agam,
dari mana kamu mendapatkan jawaban itu? Padahal saya belum menerangkannya.”
Tanya seorang guru kepada Agam.
“Saya tahu jawaban itu dari buku yang saya baca beberapa hari lalu Bu.” Jawab Agam yang sontak membuat teman-temannya terdiam.